Scroll untuk baca Berita

Pasang Iklan, Advertorial dan Kirim Release, click here
Daerah

DPRD Sergai Dorong Sidak Harga Gabah dan Perluasan Lahan Demi Jaga Lumbung Pangan Daerah

9
×

DPRD Sergai Dorong Sidak Harga Gabah dan Perluasan Lahan Demi Jaga Lumbung Pangan Daerah

Sebarkan artikel ini

detak.co.id   SERDANG BEDAGAI— Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) menegaskan komitmennya dalam menjaga keberlanjutan lumbung pangan daerah di tengah fluktuasi harga gabah yang terus meningkat.

Ketua Komisi B DPRD Sergai, Hengky, menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah kilang padi demi memastikan harga gabah sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan Presiden RI, Prabowo Subianto, yakni Rp6.500 per kilogram.

“Tujuannya jelas, harga harus sesuai HET dan timbangan tidak boleh curang. Jangan sampai petani dirugikan,” tegas Hengky, Rabu (27/8/2025).

Hengky menyoroti praktik-praktik yang kerap merugikan petani, seperti tekanan untuk menjual gabah di bawah HET karena keterikatan utang kepada kilang atau agen selama masa tanam.

Meski saat ini harga gabah berada pada kisaran Rp6.600 hingga Rp7.100, ia menegaskan bahwa harga tidak boleh ditekan turun secara paksa.

Lebih lanjut, Hengky menekankan pentingnya perluasan lahan pertanian sebagai strategi jangka panjang menjaga ketahanan pangan.

Ia mendorong Dinas Pertanian Sergai agar memfasilitasi pembukaan lahan tidur melalui program pompanisasi agar produksi tidak tergantung pada musim hujan.

“Ini bagian dari menjaga lumbung pangan. Kita usulkan agar pemerintah membantu petani membuka lahan baru agar produksi padi meningkat,” jelasnya.

Ia juga mencermati tren petani yang mulai beralih dari komoditas lain seperti jagung dan ubi ke padi, akibat anjloknya harga jual.

Menurutnya, kondisi ini harus ditanggapi cepat oleh pemerintah daerah melalui program cetak sawah baru agar kapasitas produksi padi tetap terjaga dan stok pangan aman.

Saat ini, harga gabah hasil panen menggunakan mesin treser dihargai sekitar Rp6.600 per kilogram, sedangkan gabah yang dipanen menggunakan alat sederhana seperti “odong-odong” bisa mencapai Rp7.800 per kilogram. Hengky menyebut perbedaan harga ini perlu diawasi agar tidak memunculkan ketimpangan dan tekanan terhadap petani kecil.

Dalam penutupnya, Hengky juga mendorong koordinasi lintas sektor dengan instansi ketahanan pangan untuk mengontrol dampak harga gabah terhadap ketersediaan beras secara umum.

“Kita ingin petani tetap untung, tetapi stok pangan juga harus aman. Lumbung pangan Sergai tidak boleh goyah,” pungkasnya.(ap).