detak.co.id, PAMULANG – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang Selatan melalui Komisi Da’wah dan Pengembangan Masyarakat MUI Kota Tangsel menggelar kegiatan “Sosialisasi Standarisasi Da’i” untuk Peningkatan Kompetensi dan Etika Da’wah bagi Da’i pada Kamis (25/09) di lantai 4 Gedung Kelembagaan, Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Pada kesempatan tersebut, hadir Ketua MUI Kota Tangsel KH. Saidin, narasumber H. Djedjen Zainuddin, pemandu sekaligus panitia pelaksana acara KH. Ahmad Sofyan, danmantan Kepala Bagian Kesra Setda Kota Tangsel yang menjadi Tenaga Ahli Wali Kota Tangsel KH. Heli Slamet, yang sekaligus membuka kegiatan tersebut.
Mengutip QS. An-Nahl:125, dalam paparannya, KH. Djedjen Zainuddin menyampaikan bahwa Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasehat yang baik, dan bertukarfikiranlah dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dia-lah yang mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Dijelaskan Djedjen, bahwa seorang Da’i harus mempunyai standar kompetensi, yakni Berilmu dan berwawasan luas (menguasai materi da’wah); Menguasai dan memahami metode da’wah; dan Berakhlakul karimah.
Berilmu dan berwawasan luas, menurut Djedjen merupakan bagian dari unsur da’wah yang mutlak harus dimiliki oleh setiap da’i/mubaligh. Karenanya, seorang da’i/mubaligh harus melakukan beberapa hal, yakni: Pertama, Mengkaji dan meningkatkan pemahaman Al-Qur’an, Hadits, Qiyas, dan Ijma Ulama. Kedua, Banyak belajar ilmu agama yang bersumber pada Al-Qur’an, Hadits, Qiyas, dan Ijma Ulama; Ketiga, Mengikuti program pendidikan agama di lembaga formal; Keempat, Banyak duduk (datang/belajar) di majelis ilmu; Kelima, Banyak menghadiri tabligh-tabligh; Ke-enam, Banyak membaca, menyimak ilmu dan wawasan (iqra) ; Ketujuh, Berlatih dan tampil (meningkatkan keterampilan berda’wah); Kedepan, Menguasai teknologi informasi: dan Kesembilan, Memahami konstektual dinamika sosial.
“Hikmah dalam da’wah meliputi hikmah dalam arti mengenal golongan, kemampuan memilih saat, materi, metode, media, dan dalam mengadakan kontak pikiran,” ungkap KH. Djedjen Zainuddin.
(Zal)