TANGSEL, detak.co.id -Gonjang-ganjing persoalan sampah yang melanda Kota Tangerang Selatan nyaris tak terasa di Perumahan Griya Serpong, Kecamatan Setu. Padahal, jarak kawasan permukiman tersebut hanya sekitar 500 meter dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang yang tumpukan sampahnya telah menggunung.
Pantauan di lokasi menunjukkan, tempat sampah di depan rumah-rumah warga terlihat nyaris kosong. Setiap pagi, petugas dari TPS 3R Griya Resik secara rutin mengambil sampah organik dan anorganik dari sekitar 330 kepala keluarga di kawasan tersebut.
“Di sini bahkan bisa masak air buat ngopi dari gas sampah,” ujar Wisman Syah, salah satu pengurus TPS 3R Griya Resik di Kademangan, Setu, Rabu (24/12/2025).
Wisman menjelaskan, setiap hari petugas melakukan pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Sampah organik berupa sisa makanan seperti kepala ikan, sayuran, buah-buahan, hingga kotoran hewan diolah menjadi energi biogas.
Sampah organik tersebut dimasukkan ke dalam alat pengolah biodigester dan melalui proses fermentasi anaerobik akan menghasilkan biogas metana yang dapat dimanfaatkan untuk memasak, merebus mi instan, hingga menyeduh kopi dan teh.
TPS 3R Griya Resik sendiri berdiri sejak 2011 dan tercatat sebagai tempat pengolahan sampah pertama di Kota Tangsel pascapemekaran. Keberadaannya menjadi solusi pengelolaan sampah mandiri bagi warga Griya Serpong karena sampah diambil dan diolah setiap hari.
“Dengan adanya TPS ini, kita menjadi mandiri dalam mengelola sampah. Masyarakat sangat terbantu. Kalau di tempat lain mungkin bermasalah dengan sampah, di sini bisa diselesaikan dengan hadirnya TPS 3R Griya Resik,” kata Wisman.
Sementara itu, sampah anorganik yang tidak dapat terurai diproses menggunakan mesin pencacah. Hasil pengolahan tersebut dimanfaatkan menjadi kompos yang telah dikemas dan memiliki merek dagang.
Wisman memastikan, produk kompos TPS 3R Griya Resik telah dipasarkan secara daring. Bahkan, sejumlah kelompok tani di luar Pulau Jawa tercatat menjadi pelanggan tetap. Selain itu, pupuk cair hasil olahan juga dimanfaatkan warga sekitar untuk menanam tanaman produktif.
“Itulah manfaat besar jika sampah dikelola dengan baik,” ujar mantan Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangsel tersebut.
Ia berharap ke depan setiap kawasan perumahan memiliki fasilitas pengolahan sampah sendiri agar tidak bergantung sepenuhnya pada TPA. Menurutnya, pengelolaan sampah harus dimulai dari lingkungan masing-masing.
Wisman pun memiliki filosofi sederhana, yakni jangan merasa bersih di depan rumah sendiri dengan cara mengotori tempat lain.
“Saatnya kita berpikir bagaimana lingkungan kita bersih tanpa mengotori tempat lain. Itu sebabnya tong-tong sampah warga di sini nyaris tidak berisi,” pungkasnya.










