Strategi kedua, lanjut Ati, adalah upaya meningkatkan akses fasilitas pelayanan kesehatan yang pro kepada penderita TBC. “Jadi ada yang fasilitas setingkat primer, ada yang fasilitas setingkat sekunder, dan ada yang jemput bola dengan inovasi-inovasinya,” jelasnya.
Menurut Ati, semua pihak harus bergerak terlibat dalam penanganan TBC. Klinik maupun rumah sakit swasta juga dilibatkan.
“Kemudian jemput bola kita juga lakukan. Terutama bagi daerah-daerah sulit untuk mengakses ke fasilitas pelayanan kesehatan. Provinsi Banten, ada mobile clinic yang selalu ke daerah-daerah pelosok untuk melakukan cek atau screening dari TBC,” ungkapnya.
Ketiga adalah optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan pencegahan TBC bagi kontak serumah dan kontak erat, serta pengendalian infeksi melalui pengobatan dan investigasi kontak.
Keempat adalah strategi penguatan peran serta komunitas, mitra dan multisektor lainnya. “Ini terus dilakukan dengan seluruh stakeholder, pemberdayaan masyarakat, termasuk institusi pendidikan dan para perusahaan pemberi kerja ,” kata Ati.