detak.co.id Internasional – Presiden Rusia, Vladimir Putin, disebut tidak terpengaruh oleh ancaman baru dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait sanksi tambahan yang bisa mencakup tarif hingga 100 persen. Ancaman itu disampaikan Trump jika Moskow gagal menyepakati perjanjian damai untuk mengakhiri konflik di Ukraina dalam 50 hari ke depan.
Dilansir Reuters, Rabu (16/7/2025), Putin tetap bertekad untuk melanjutkan operasi militernya di Ukraina. Hal ini diungkapkan oleh tiga sumber yang dekat dengan lingkaran dalam Kremlin, yang mengatakan bahwa Rusia akan terus bertahan sampai tuntutan perdamaian versi Moskow dipenuhi oleh negara-negara Barat.
Yakin Militer dan Ekonomi Rusia Masih Kuat
Menurut ketiga sumber tersebut, Putin meyakini bahwa militer dan perekonomian Rusia masih cukup kuat untuk menghadapi tekanan tambahan, termasuk potensi sanksi ekonomi baru dari AS dan sekutu Barat.
Trump sebelumnya, pada Senin (14/7), menyampaikan kekesalannya atas sikap keras kepala Putin yang menolak menyetujui gencatan senjata. Ia bahkan mengumumkan gelombang baru bantuan militer ke Ukraina, termasuk sistem pertahanan udara Patriot.
Trump juga menegaskan bahwa sanksi tambahan akan segera diberlakukan apabila Rusia tidak bergerak menuju kesepakatan damai dalam waktu 50 hari. Salah satu target potensial adalah sektor minyak Rusia, yang menjadi andalan utama pendapatan negara itu.
Kremlin: Perang Akan Berlanjut Sampai Barat Menyerah
Sumber-sumber yang dikutip Reuters mengatakan bahwa Putin tak akan mundur hanya karena tekanan dari negara-negara Barat. Justru, ia percaya bahwa pihak Barat tidak serius membahas perdamaian yang menguntungkan bagi Rusia.
“Putin meyakini tidak ada pihak, termasuk Amerika, yang sungguh-sungguh membicarakan solusi damai dengannya, jadi ia akan terus melanjutkan (perang) hingga mendapatkan apa yang diinginkannya,” ujar salah satu sumber.
Rusia Pernah Bertahan dari Sanksi Berat
Selama tiga tahun terakhir sejak invasi ke Ukraina dimulai, Rusia telah menghadapi berbagai sanksi internasional, termasuk pembekuan aset, pemutusan akses sistem keuangan global, serta pembatasan ekspor teknologi. Namun, hingga saat ini, Rusia tetap mampu mempertahankan kelangsungan militernya di medan perang dan menstabilkan perekonomiannya secara internal.
Sementara itu, belum ada reaksi resmi dari Kremlin terkait pernyataan Trump terbaru. Namun dari sinyal yang dikirimkan para pejabat dan sumber internal, Moskow tampaknya siap untuk menghadapi babak baru ketegangan geopolitik dengan AS dan sekutu-sekutunya.