Scroll untuk baca Berita

Pasang Iklan, Advertorial dan Kirim Release, click here
Daerah

Peringati HUT ke-17 Tangsel, Fondasi Kota Maju Berawal dari Kesehatan Warga

8
×

Peringati HUT ke-17 Tangsel, Fondasi Kota Maju Berawal dari Kesehatan Warga

Sebarkan artikel ini

detak.co.id TANGSEL – Memasuki usia ke-17 tahun, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terus menghadapi berbagai tantangan kesehatan masyarakat. Salah satu penyakit yang masih menjadi perhatian serius adalah Tuberkulosis (TBC), penyakit menular yang hingga kini tetap mengancam terutama di wilayah perkotaan padat penduduk.

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis. Mobilitas warga yang tinggi, lingkungan padat, dan hunian dengan ventilasi minim menjadi faktor yang membuat penularan TBC di wilayah urban seperti Tangsel tetap terjadi. Secara nasional, Indonesia masih berada di tiga besar negara dengan beban TBC tertinggi di dunia.

Komitmen Tangsel Tekan Angka Penderita TBC

Ketua TBC Tangsel sekaligus anggota DPRD Kota Tangsel dari Fraksi Partai Demokrat, menegaskan bahwa pemerintah daerah bersama pemangku kepentingan telah melakukan berbagai langkah strategis untuk menekan penyebaran TBC.

“Kami terus melakukan penemuan kasus secara aktif, memastikan obat tersedia gratis melalui program DOTS, serta menggerakkan edukasi kesehatan di sekolah, tempat kerja, hingga lingkungan masyarakat,” ujar Karlena, Selasa (25/6/2025).

Ia juga menyebutkan bahwa kader dan relawan TBC berperan penting dalam penelusuran kasus serta pendampingan pengobatan. Namun, Karlena mengakui bahwa tantangan di lapangan masih besar.

“Masih banyak warga yang datang terlambat berobat, stigma juga membuat pasien enggan memeriksakan diri. Di wilayah padat, penularan jauh lebih cepat sehingga perlu kerja ekstra,” katanya.

TBC Bisa Disembuhkan, Asal Pasien Disiplin

Karlena kembali menegaskan bahwa TBC dapat disembuhkan sepenuhnya dengan pengobatan rutin selama 6–9 bulan. “Masalah terbesar adalah ketidakdisiplinan pasien minum obat. Jika putus obat, bakteri bisa kebal, dan pengobatan menjadi lebih panjang dan sulit,” jelasnya.

Ia mengimbau masyarakat untuk mengenali gejala TBC seperti batuk lebih dari dua minggu, keringat malam, penurunan berat badan, dan mudah lelah, serta segera melakukan pemeriksaan agar tidak menularkan kepada keluarga maupun lingkungan.

DPRD Dorong Penguatan Kebijakan dan Anggaran

Sebagai bagian dari legislatif, Karlena menegaskan bahwa DPRD memiliki peran strategis dalam pemberantasan TBC. “Kami di DPRD memastikan adanya regulasi yang kuat, anggaran memadai, dan pengawasan ketat terhadap pelayanan kesehatan agar dirasakan langsung masyarakat,” tegasnya.

Ia menyebut wilayah Ciputat Timur yang menjadi daerah pemilihannya (Dapil), sebagai kawasan padat yang memerlukan prioritas dalam penemuan kasus dini dan edukasi masyarakat.

Menuju Target Eliminasi TBC 2030

Pemerintah menargetkan Indonesia bebas TBC pada tahun 2030. Untuk Tangsel, target ini menjadi tantangan sekaligus motivasi. Stigma terhadap penderita, rendahnya pemahaman tentang penularan TBC, pasien putus obat, hingga mobilitas warga yang tinggi menjadi hambatan yang harus dikatasi melalui kolaborasi berbagai pihak.

“Pemberantasan TBC tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan. Peran keluarga, RT/RW, sekolah, dan organisasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan eliminasi TBC,” ungkap Karlena.

Tangsel Maju Dimulai dari Warganya yang Sehat

Di momentum HUT ke-17 Kota Tangsel, Karlena mengajak seluruh elemen masyarakat memperkuat komitmen terhadap kesehatan publik.

“TBC bisa dilawan, TBC bisa disembuhkan, dan TBC bisa dieliminasi. Kuncinya adalah bergerak bersama. Kota yang maju harus dimulai dari warganya yang sehat,” pungkasnya.