Ia adalah refleksi dari siapa yang kita anggap penting: manusia atau angka, kemaslahatan atau kompetisi.
Maka, solusi dari fenomena MAGRIB BIG NIGHT tidak cukup dengan adjustment teknis atau kosmetik aturan. Yang dibutuhkan adalah reorientasi nilai: menjadikan etika dan keadilan sebagai fondasi ekonomi, bukan sebagai pelengkap.
Seperti yang dikatakan oleh Prof. Muhammad Umer Chapra, ekonom dan penasihat senior keuangan global: Keadilan dalam ekonomi bukan hanya soal angka, tapi soal martabat manusia.”
Ekosistem Solusi yang Sudah Ada: Tinggal Kita Dukung
Banyak inisiatif yang sejalan dengan nilai keadilan sudah berjalan. Sayangnya, mereka sering dipandang sebelah mata karena tidak menggunakan istilah-istilah populer seperti “startup”, “unicorn”, atau “venture capital”.
Padahal, di balik inisiatif sederhana itu terdapat sistem ekonomi alternatif yang menjunjung tinggi akhlak dan kemanusiaan.
1. Koperasi Syariah: Tolong-menolong, Bukan Mengisap
Koperasi syariah adalah bentuk solidaritas ekonomi berbasis anggota. Tidak ada bunga. Tidak ada spekulasi. Hanya ada transaksi yang jelas, risiko yang adil, dan hasil yang dibagi sesuai kontribusi.
Koperasi seperti ini telah membantu banyak pelaku usaha kecil keluar dari jeratan lintah darat dan pinjol ilegal.
Mereka menyediakan pinjaman tanpa riba, pembiayaan usaha mikro, hingga pelatihan literasi keuangan.
Contoh konkret: Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang tersebar di banyak desa telah terbukti menjadi pilar ekonomi masyarakat akar rumput — bahkan lebih responsif dibanding lembaga keuangan besar.
2. UMKM Halal: Menopang Produksi Nyata dan Kemandirian
UMKM halal bukan sekadar tentang produk yang bersertifikat halal. Ia adalah gerakan ekonomi yang berpihak pada produksi nyata, etika dagang, dan pemberdayaan lokal.
Pelaku UMKM ini biasanya menjalankan prinsip:
- Harga wajar, bukan manipulatif
- Kejujuran dalam takaran dan kualitas
- Transaksi tunai dan transparan