Scroll untuk baca Berita

Pasang Iklan, Advertorial dan Kirim Release, click here
BisnisEsai

Menjawab Tantangan Ekonomi Eksploitatif Dan Spekulatif: Solusi Etis dan Berkeadilan

70
×

Menjawab Tantangan Ekonomi Eksploitatif Dan Spekulatif: Solusi Etis dan Berkeadilan

Sebarkan artikel ini
Menjawab Tantangan Ekonomi Eksploitatif Dan Spekulatif Solusi Etis dan Berkeadilan, foto:(ilustrasi/freepik)

Dengan kesadaran ini, kita sedang membangun ekosistem ekonomi yang bukan hanya menguntungkan tapi juga menyejukkan dan menyelamatkan.

Seperti kata Peter Drucker, pakar manajemen dunia: “Tujuan dari ekonomi bukanlah laba maksimal, melainkan keberlangsungan masyarakat yang sehat.”

Kesimpulan

Di tengah kompleksitas sistem ekonomi modern yang semakin cepat dan digital, kita dihadapkan pada realitas yang tidak selalu ramah: sistem yang mengejar keuntungan sering kali justru mengorbankan keadilan dan kemanusiaan.

Fenomena seperti riba yang membelit, spekulasi berkedok investasi, hingga manipulasi dagang yang merugikan konsumen, adalah wajah lain dari ekonomi yang kehilangan nilai.

Melalui refleksi atas praktik-praktik seperti Maysir, Gharar, Riba, serta berbagai bentuk transaksi bathil lainnya, kita disadarkan bahwa ekonomi yang eksploitatif bukanlah keniscayaan.

Ia bisa dilawan — bukan dengan kemarahan, tapi dengan kesadaran dan pilihan yang lebih etis.

Ekonomi etis dan berkeadilan bukan sekadar gagasan agama, bukan pula wacana kaum idealis. Ia adalah keniscayaan sosial.

Ia hadir dalam koperasi yang jujur, UMKM yang memproduksi barang nyata, hingga platform wakaf dan zakat yang memberdayakan.

Ia hidup di pasar tradisional yang masih mengutamakan kejujuran, dan tumbuh di komunitas yang mau saling bantu tanpa bunga, tanpa tipu daya.

Yang kita perlukan sekarang bukan hanya kebijakan dan regulasi, tapi kesadaran kolektif. Kesadaran bahwa setiap transaksi adalah cerminan nilai hidup kita.

Apakah kita memilih mengambil keuntungan sebanyak mungkin, atau memilih untuk tidak saling mencelakai? Apakah kita ingin ekonomi yang cepat untung, atau ekonomi yang panjang umur dan berkeadilan?.

Sofyan Halim
Penulis adalah mahasiswa Doktor Ekonomi Syaria’ah, Univerversitas Ibnu Khaldun, Bogor, dan juga Dosen di Program S1 Akuntansi, Fakultass Ekonomi dan Bisnis, Jakarta